Selasa, 7 Februari 2012

Rasulullah SAW suri teladan kita - Shodiq Ramadhan

Rabu, 01 Februari 2012

Kaum muslimin rahimakumulah,

Allah SWT berfirman: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab 21).

Dalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa Rasulullah saw adalah uswah hasanah atau suri teladan yang baik yang harus diikuti dalam berperang dan mempertahankan berbagai wilayah tanah air.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat yang mulia ini merupakan pokok yang besar dari keharusan meneladani Rasulullah saw dalam ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan berbagai keadaan beliau saw. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan manusia untuk meneladani Nabi saw. pada perang Ahzab. Yakni meneladani kesabaran beliau saw., sikap gigih dalam menghadapi musuh, menjaga garis batas dengan musuh, kesungguhan beliau saw. dan kesabaran beliau di dalam menunggu jalan keluar dari Allah SWT dalam pengepungan pasukan Ahzab itu.

Kaum muslimi8n rahimakumullah,

Perang Ahzab atau juga dikenal dengan perang Khandaq (Perang Parit) terjadi pada tahun 5H dan tercatat sebagai perang terberat sepanjang sejarah umat Islam. Sebab, negara Islam yang baru lima tahun berdiri pada waktu itu diserbu oleh 10 ribu pasukan Ahzab (Sekutu) yang terdiri dari 4 ribu pasukan Quraisy dibawah pimpinan Abu Sofyan dan 6 ribu lainnya adalah pasukan gabungan dari berbagai suku bangsa seperti Ghathafan, Bani Sulaim, Bani Asad, Fajarah, Asja’a. dan Bani Marrah. Semua unsur pasukan sekutu itu bertekad akan menghabisi pemerintahan Rasulullah saw dan kaum muslimin di Madinah setelah mendapatkan provokasi dan janji-janji dukungan moril dan materiil dari para pemimpin Yahudi seperti Salam bin Abil Huqaiq, Salam bin Misykam, dan Kinanah bin Rabi’.

Kaum muslimi8n rahimakumullah,

Untuk menghadang serbuan pasukan yang sangat besar itu ke dalam kota Madinah Rasulullah parit besar sebagai taktik baru dalam perang. Parit yang digali sangat besar, dalamnya 7 sampai 10 hasta, dan lebarnya 9 hasta, sedang panjangnya 5000 hasta (Abul Hasan Al An Nadwi, Sirah Nabawiyah). Jika 1 hasta sama dengan 18 inci dan 1 inci sama dengan 2,54 cm, maka parit yang digali Rasulullah saw. dan para sahabat adalah sedalam antara 3,2 sampai 4,6 meter; lebar sekitar 4,1 meter, dan panjang 2286 meter. Tentu saja membuat parit yang begitu panjang, lebar, dan dalam itu sangat berat dan melelahkan. Apalagi saat itu musim dingin, sehingga keterbatasan logistik membuat para sahabat semakin terasa sangat lapar dalam mengerjakannya setiap hari dari pagi hingga sore hari. Saking laparnya mereka mengganjal perut mereka dengan batu. Bahkan Rasulullah saw mengganjal perut beliau saw dengan dua buah batu.

Pekerjaan itu semakin terasa berat manakala mereka harus memecahkan batu-batu besar yang menghalangi pembuatan parit. Rasulullah saw menghibur mereka dengan menyenandungkan syair-syair, antara lain: “Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang sebenarnya adalah ke hidupan di akhirat. Maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajir ini”. Para sahabat pun membalas syair tersebut dengan syair gubahan mereka: “Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad, untuk berjihad sepanjang hidup kami”.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Perang Ahzab memang sangat menentukan apakah Islam akan jaya ataukah musnah dan terkubur selamanya.Dalam situasi sulit menggali parit, ketika memecahkan batu besar, Rasulullah saw bersabda: Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci negeri Syam. Demi Allah aku melihat istana-istananya merah. Insyaallah”. Tatkala memecahkan batu kedua: Rasulullah saw. bersada: “Allahu Akbar aku diberi kunci-kunci negeri Persia, demi allah aku melihat istana Madain yang putih”. Lalu setelah memecahkan batu ketiga beliau bersabda: “Allahu Akbar! Sungguh aku diberi kunci-kunci Yaman. Aku melihat pintu-pintu kota Shan’a dari tempatku ini” (Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah).

Kaum muslimin rahimakumullah,

Kaum muslimin mengimani yang dikatakan oleh Rasulullah saw karena yakin bahwa itu wahyu (QS. An Najm 3-4). Sedangkan kaum munafik menganggap itu adalah lelucon. Dalam situasi tekanan kaum munafik dan tekanan pasukan Ahzab, ujian bagi kesabaran dan ketegaran umat Islam ditambah lagi dengan pengkhianatan kaum Yahudi Bani Quraizhah yang membelot bergabung dengan pasukan Ahzab. Namun kaum muslimin tetap tegar dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT mengabadikan sikap mereka dalam firman-Nya:

dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS. Al Ahzab 22).

Sejarah mencatat bahwa titik terang sejarah Islam tampak dengan kegagalan Pasukan Ahzab dalam pengepungan tersebut. Kongsi baru mereka dengan Yahudi bani Quraizhah pecah akibat operasi intelijen yang dilakukan oleh Nuaim yang baru masuk Islam. Akhirnya Allah SWT mengirim angin tofan dan badai yang memporak-porandakan perkemahan pasukan Ahzab hingga mereka pulang tanpa hasil dan mengalami kekalahan dan kerugian. Mental kaum Quraisy dan pasukan Ahzab lainnya jatuh, sedangkan mental dan daya juang kaum muslimin semakin kuat. Itu dikarenakan keimanan mereka yang kuat dan ketegaran mereka menghadapi kepungan musuh. Dan sikap mereka yang selalu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. (yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (QS. Al Ahzab 9-10).

Kaum muslimin rahimakumullah,

Keteladanan Rasulullah saw dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hal keimanan dan keyakinan hidup beliau saw. yang mantap, ketekunan ibadat beliau yang tak kenal lelah, kebaikan beliau dalam keluarga dan rumah tangga, kebaikan beliau dalam bermuamalah, keteladanan beliau dalam mengelola pemerintahan dan menegakkan hukum-hukum Allah SWT dalam pengadilan, hingga kehebatan dan kesabaran beliau dalam peperangan jihad fi sabilillah, semua keteladanan beliau itu wajib kita tetapi sebagai umat Nabi Muhammad saw., uswah hasanah kita, dan dambaan kita dunia akhirat. Wallahua’lam!

Baarakallahu lii walakum...