Khamis, 9 Februari 2012

Astaghfirullah Rabbal Baraya (Munif Hijjaz) ...

Astaghfirullah - Hadad Alwi...

Sebuah Pengakuan - Haddad Alwi

Bila Waktu telah terhenti-Opick

Pada Mu ku bersujud...

Ya Allah - Wali Band

TERJEMAHAN AL-QURAN - SURAH KEDUA, AYAT 21 & 22

KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
Perentah Menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Esa

  • Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang yang sebelum mu agar kamu bertakwa.
  • Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, kerana itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.


Rabu, 8 Februari 2012

TERJEMAHAN AL-QURAN - SURAH Al-'ASR (Surah ke 103)

"Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah, Lagi Maha Penyayang
Demi Masa
Sesungguhnya manusia dalam kerugian
Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran"

Amat Rugilah Manusia Yang Tidak Memanfaatkan Waktunya Untuk Berbakti ke Jalan Yang Diredhai Allah SWA
~~~~~~||~~~~~~

Ku Mencari Keredhaan Mu, Ya Allah...




Ya Allah ampuni la dosa-dosaku...
Ya Allah ampuni la dosa kedua dua ibu bapaku
Ya Allah tunjuki la aku jalan yg lurus dan jalan yg Engkau Redhai....
Ya Allah berikan la aku kekuatan dan kesihatan agar aku dapat beribadat kepada Mu...
Ya Allah terima la segala amal kebajikanku..
Ya Allah matikan la kami sekeluarga dalam Keredhaan Mu..

Ameen, Ameen Ya Allah....

Petikan dari: Kaligrafi Islam - Koleksi Tulisan Khat

Al-Quran

Kaligrafi Islam

Al-quran itu kenal siapa sang perindunya, ia kenal siapa yg bersengkang mata , ia kenal siapa yang menghayatinya, mengamal segala ahkamnya, memperjuang segala perintah, seruan serta petunjuknya..jadi berbahagialah wahai generasi al-Quran!! pada zaman manapun dirimu berada.cukuplah engkau faham erti menjaga dan mengamalkannya!! Moga kita memperoleh kemanisan bersamanya..amin..



Petikan dari: Kaligrafi Islam - Koleksi Tulisan Khat

Durhaka Kepada Suami

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ .
قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ ،
وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا
قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Diperlihatkan neraka kepadaku.
Ketika itu aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.
" Seseorang bertanya, "Apakah mereka kufur kepada Allah?"
Rasulullah menjawab, "Mereka kufur kepada suami dan tidak berterima kasih
atas kebaikan yang diterimanya.
Walaupun sepanjang masa engkau telah berbuat baik kepada mereka,
begitu mereka melihat sedikit kesalahan darimu, maka mereka berkata,
'Aku tak pernah melihat kebaikan darimu'"
Hadis sahih riwaayat Bukhari

Kemanisan Iman

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ
وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Dari Anas r.a. Nabi s.a.w. sabdanya :
Tiga perkara yang sesiapa memilikinya, dia akan mendapat kemanisan iman.
  1. Hendaklah Allah dan rasul-Nya lebih dicintai mengatasi selain kedua-duanya.
  2. Hendaklah dia mencintai seseorang, kerana Allah.
  3. Hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran sepertimana dia benci untuk dicampakkan ke dalam neraka.
Hadis Sahih Riwayat Bukhari

Selasa, 7 Februari 2012

Rasulullah SAW suri teladan kita - Shodiq Ramadhan

Rabu, 01 Februari 2012

Kaum muslimin rahimakumulah,

Allah SWT berfirman: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab 21).

Dalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa Rasulullah saw adalah uswah hasanah atau suri teladan yang baik yang harus diikuti dalam berperang dan mempertahankan berbagai wilayah tanah air.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat yang mulia ini merupakan pokok yang besar dari keharusan meneladani Rasulullah saw dalam ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan berbagai keadaan beliau saw. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan manusia untuk meneladani Nabi saw. pada perang Ahzab. Yakni meneladani kesabaran beliau saw., sikap gigih dalam menghadapi musuh, menjaga garis batas dengan musuh, kesungguhan beliau saw. dan kesabaran beliau di dalam menunggu jalan keluar dari Allah SWT dalam pengepungan pasukan Ahzab itu.

Kaum muslimi8n rahimakumullah,

Perang Ahzab atau juga dikenal dengan perang Khandaq (Perang Parit) terjadi pada tahun 5H dan tercatat sebagai perang terberat sepanjang sejarah umat Islam. Sebab, negara Islam yang baru lima tahun berdiri pada waktu itu diserbu oleh 10 ribu pasukan Ahzab (Sekutu) yang terdiri dari 4 ribu pasukan Quraisy dibawah pimpinan Abu Sofyan dan 6 ribu lainnya adalah pasukan gabungan dari berbagai suku bangsa seperti Ghathafan, Bani Sulaim, Bani Asad, Fajarah, Asja’a. dan Bani Marrah. Semua unsur pasukan sekutu itu bertekad akan menghabisi pemerintahan Rasulullah saw dan kaum muslimin di Madinah setelah mendapatkan provokasi dan janji-janji dukungan moril dan materiil dari para pemimpin Yahudi seperti Salam bin Abil Huqaiq, Salam bin Misykam, dan Kinanah bin Rabi’.

Kaum muslimi8n rahimakumullah,

Untuk menghadang serbuan pasukan yang sangat besar itu ke dalam kota Madinah Rasulullah parit besar sebagai taktik baru dalam perang. Parit yang digali sangat besar, dalamnya 7 sampai 10 hasta, dan lebarnya 9 hasta, sedang panjangnya 5000 hasta (Abul Hasan Al An Nadwi, Sirah Nabawiyah). Jika 1 hasta sama dengan 18 inci dan 1 inci sama dengan 2,54 cm, maka parit yang digali Rasulullah saw. dan para sahabat adalah sedalam antara 3,2 sampai 4,6 meter; lebar sekitar 4,1 meter, dan panjang 2286 meter. Tentu saja membuat parit yang begitu panjang, lebar, dan dalam itu sangat berat dan melelahkan. Apalagi saat itu musim dingin, sehingga keterbatasan logistik membuat para sahabat semakin terasa sangat lapar dalam mengerjakannya setiap hari dari pagi hingga sore hari. Saking laparnya mereka mengganjal perut mereka dengan batu. Bahkan Rasulullah saw mengganjal perut beliau saw dengan dua buah batu.

Pekerjaan itu semakin terasa berat manakala mereka harus memecahkan batu-batu besar yang menghalangi pembuatan parit. Rasulullah saw menghibur mereka dengan menyenandungkan syair-syair, antara lain: “Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang sebenarnya adalah ke hidupan di akhirat. Maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajir ini”. Para sahabat pun membalas syair tersebut dengan syair gubahan mereka: “Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad, untuk berjihad sepanjang hidup kami”.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Perang Ahzab memang sangat menentukan apakah Islam akan jaya ataukah musnah dan terkubur selamanya.Dalam situasi sulit menggali parit, ketika memecahkan batu besar, Rasulullah saw bersabda: Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci negeri Syam. Demi Allah aku melihat istana-istananya merah. Insyaallah”. Tatkala memecahkan batu kedua: Rasulullah saw. bersada: “Allahu Akbar aku diberi kunci-kunci negeri Persia, demi allah aku melihat istana Madain yang putih”. Lalu setelah memecahkan batu ketiga beliau bersabda: “Allahu Akbar! Sungguh aku diberi kunci-kunci Yaman. Aku melihat pintu-pintu kota Shan’a dari tempatku ini” (Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah).

Kaum muslimin rahimakumullah,

Kaum muslimin mengimani yang dikatakan oleh Rasulullah saw karena yakin bahwa itu wahyu (QS. An Najm 3-4). Sedangkan kaum munafik menganggap itu adalah lelucon. Dalam situasi tekanan kaum munafik dan tekanan pasukan Ahzab, ujian bagi kesabaran dan ketegaran umat Islam ditambah lagi dengan pengkhianatan kaum Yahudi Bani Quraizhah yang membelot bergabung dengan pasukan Ahzab. Namun kaum muslimin tetap tegar dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT mengabadikan sikap mereka dalam firman-Nya:

dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS. Al Ahzab 22).

Sejarah mencatat bahwa titik terang sejarah Islam tampak dengan kegagalan Pasukan Ahzab dalam pengepungan tersebut. Kongsi baru mereka dengan Yahudi bani Quraizhah pecah akibat operasi intelijen yang dilakukan oleh Nuaim yang baru masuk Islam. Akhirnya Allah SWT mengirim angin tofan dan badai yang memporak-porandakan perkemahan pasukan Ahzab hingga mereka pulang tanpa hasil dan mengalami kekalahan dan kerugian. Mental kaum Quraisy dan pasukan Ahzab lainnya jatuh, sedangkan mental dan daya juang kaum muslimin semakin kuat. Itu dikarenakan keimanan mereka yang kuat dan ketegaran mereka menghadapi kepungan musuh. Dan sikap mereka yang selalu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. (yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (QS. Al Ahzab 9-10).

Kaum muslimin rahimakumullah,

Keteladanan Rasulullah saw dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hal keimanan dan keyakinan hidup beliau saw. yang mantap, ketekunan ibadat beliau yang tak kenal lelah, kebaikan beliau dalam keluarga dan rumah tangga, kebaikan beliau dalam bermuamalah, keteladanan beliau dalam mengelola pemerintahan dan menegakkan hukum-hukum Allah SWT dalam pengadilan, hingga kehebatan dan kesabaran beliau dalam peperangan jihad fi sabilillah, semua keteladanan beliau itu wajib kita tetapi sebagai umat Nabi Muhammad saw., uswah hasanah kita, dan dambaan kita dunia akhirat. Wallahua’lam!

Baarakallahu lii walakum...

9 Waktu Dianjurkan Membaca Surat Al-Ikhlas - Oleh : Muhammad Abduh Tuasikal

Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas waktu yang dianjurkan membaca surat Al Ikhlas. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan mengamalkannya.


Pertama: waktu pagi dan sore hari.


Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan).


Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata,


خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?" Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Katakanlah (bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A'UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan."
(HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)


Kedua: sebelum tidur.


Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang sebanyak tiga kali.


Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,


أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.”
(HR. Bukhari no. 5017)


Ketiga: ketika ingin meruqyah (membaca do’a dan wirid untuk penyembuhan ketika sakit).


Bukhari membawakan bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.


عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)."
(HR. Bukhari no. 5748)


Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.


Keempat: wirid seusai shalat (sesudah salam).


Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,


أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)


Kelima: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh).


Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.


Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


نِعْمَتِ السُّوْرَتَانِ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ } وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ
“Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.


Keenam: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah ba’diyah maghrib.


Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.


Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,


مَا أُحْصِى مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
“Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Ketujuh: dibaca ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at.


Ketika itu, surat Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlash pada raka’at ketiga.


Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?”


‘Aisyah menjawab,


كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)


Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.


عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)


Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,


وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِي هَذَا لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ ضَعِيفٌ .وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ الْمُعَوِّذَتَيْنِ .
“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)


Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,


تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في حديثه
“Hadits ini shahih kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, 6/227)


Jadi yang tepat dalam masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).


Namun bacaann ketika witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,


والظاهر أنه يكثر من قراءتها، ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)


Kedelapan: dibaca ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.


Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.


Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,


كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)


Kesembilan: ketika shalat dua rak’at di belakang maqom Ibrahim setelah thowaf.


Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,


فجعل المقام بينه وبين البيت [ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان يقرأ في الركعتين : ( قل هو الله أحد ) و ( قل يا أيها الكافرون ) ( وفي رواية : ( قل يا أيها الكافرون ) و ( قل هو الله أحد )
“Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 56)


Semoga sajian ini bermanfaat dan bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Oleh : Muhammad Abduh Tuasikal

Dunia Islam Terkini
Posted in: Hukum dan Syariat